Senin, 11 November 2019

Promo Ultah Hokben Antrean Pengunjung Mengular di Buaran Plaza

Amelia Rachim, Desainer Perhiasan Indonesia Moncer di Italia

, Jakarta - Aksi Amelia Rachim jadi desainer perhiasan muda Indonesia yang beraksi di Italia tidak disangsikan . Wanita kelahiran tahun 1985 ini sukses jadi juara termuda dalam satu persaingan design bertopik “Design Time” yang diadakan oleh BREIL, satu simbol brand jam serta perhiasan terkenal di Italia, September 2011.

Alumnus Design Industri, Institut Tehnologi Bandung (ITB) sukses menyisihkan sekitar 3.037 desainer yang datang dari 96 negara. Semenjak itu, namanya semakin berkibar di industri perhiasan serta karyanya dipandang bawa angin fresh buat industri perhiasan elegan dunia.

Beberapa karya besarnya salah satunya ialah cincin Zamrud Khatulistiwa, sebagai karya terbaik sampai sekarang. Karya ini sukses mengundang perhatian dunia. Cincin itu dipakai artis Hollywood, juara Emmy Award Kristin Chenoweth (pemain serial Glee) waktu tampil di acara Oprah TV Show beberapa waktu kemarin. Zamrud Katulistiwa (swa.co.id) Diluar itu, vokalis Indonesia, Anggun. C Sasmi, memakai karyanya waktu tampil di Concerto di Natale atau Christmas Concert di Italia. Serta Cincin Zamrud Khatulistiwa sudah jadi simbol fashion serta dipertunjukkan di beberapa majalah fashion dunia seperti Vogue, Elle, serta masih banyak.

Peraih Master Degree in Jewellery Engineering dari Politecnico University di Torino (POLITO), Italia ini akui jatuh hati pertama-tama pada design perhiasan waktu kerja serta meniti profesi di Bali pada medio 2007. Pada November 2008, sesudah mengakhiri gelar sarjananya dalam bagian Design Industri di ITB, dia selanjutnya putuskan untuk pindah ke Italia serta memahami jewellery engineering.

Sekarang Amalia kerja untuk industri perhiasan di Italia (AMJ Designs Sas., Novarank Srl., Manca Gioelli Snc., Marako Gioello Italiano Srl.) serta Canada (Mejuri Inc.).

Wanita yang sekarang tinggal di Italia, waktu lalu sempat kembali pada Tanah Air serta bertandang ke Semarang untuk berjumpa dengan 525 mahasiswa dari 90 perguruan tinggi dari semua Indonesia penerima Djarum Beasiswa Plus. Kebetulan, dia pernah jadi salah satunya penerima beasiswa plus tahun 2006/2007 dari Djarum Foundation. Sampai sekarang, lewat program Bakti Pendidikan, Djarum Foundation sudah memberi beasiswa plus pada 9.855 mahasiswa berprestasi dari semua Indonesia.

Berikut cuplikan interviu Wartawan SwaOnline dengan Amelia Rachim, di antara acara Dharma Puruhita Beasiswa Djarum, di komplek PRPP, Semarang, Jawa Tengah :

Tahun berapakah anda jadi salah satunya penerima beasiswa dari Djarum Foundation?

Saat gw kuliah di ITB Tahun 2006/2007.

Kenapa tertarik turut program itu?

Sebetulnya nominal yang diterima tidak sebegitu, saat itu cuma untuk meningkatkan uang jajan. Yang gw mencari bukan itu, tetapi soft skills (ketrampilan lunak) yang diserahkan kepada beberapa penerima beasiswa. Berikut yang bertindak penting dalam profesi gw sebab rasa yakin diri gw makin bertambah. Training soft skills ini mencakup training nation building, character building, leadership development, competition challenges, international exposure serta community empowerment yang diserahkan kepada beberapa penerima Beasiswa Plus Djarum.

Apa faedah yang dirasa?

Ketrampilan itu malah menolong mengantar gw dapat mendapatkan sukses seperti saat ini. Ditambah lagi gw dahulu pendiam serta introvert. Dari dahulu gw hoby menggambar serta mempunyai potensi mendesain juga. Tetapi lewat Beasiswa Plus Djarum Foundation, membuat gw berani turut beberapa lomba serta rasa yakin dianya tambah tinggi. Serta, gw membulatkan tekad untuk cari beasiswa serta sukses mendapatkan gelar Master Degree in Jewellery Engineering di Politecnico, Italia.

Kenapa Italia yang diambil?

Gw terobsebsi dengan Italia. Waktu itu gw ingin kuliah di Italia, serta saat di ITB juga gw sempat belajar bahasa Italia. Ditambah lagi Italia diketahui jadi negara art yang membuat gw pingin belajar di negara itu.

Kenapa desainer perhiasan yang diambil?

Sebab waktu kuliah jurusan design industri ITB, gw suka beberapa hal yang detai serta pernak pernik yang kecil-kecil. Gw dianjurkan oleh dosen gw untuk spesialisasi di perhiasan serta aksesori. Kebetulan gw anak cewek hanya satu, hingga mendapatkan suport dari orangtua supaya ada yang feminim di dalam rumah.

Gw pernah kerja praktik di Jani Silver, Bali. Seterusnya cari beasiswa di Torino, Italy (Polito). Dari situlah gw mulai profesi di dunia perhiasan serta sekalian mencari kerja dengan hadiri pameran-pameran perhiasan.

Apa rintangan yang ditemui?

Dari pertama banyak perusahaan yang masih melihat mata sebelah. Gw juga rajin hadir ke acara pameran perhiasan sekalian menebarkan hasil presentasi, dari sana gw mendapatkan order serta memberi potongan harga cukup besar. AMJ Designs Sas, tempat gw kerja saat ini awalannya melihat mata sebelah.

Rintangan paling besar ialah, jika karya seni itu dikopi. Misalnya saat Zamrud Khatulistiwa. Untungnya perusahaan tempat gw kerja yang ada di Kanada organisasinya benar-benar bagus, punyai pengacara pribadi perusahaan, hingga semua yang berkaitan pemalsuan diurus mereka. Saat dikopi, waktu itu gw merasakan sakit, tetapi dalam hati bangga sebab karya gw mulai diakui di pasar internasional. Gw rasa membajak bajak tidak dapat dijauhi. Jadi gw harus seringkali lakukan pembaruan. Ditambah lagi produsen perhiasan di Italia banyak, hingga harus punyai design yang bener-benar beda serta inspirasi yang cemerlang.

Apa bentuk design yang dibuat?

Umumnya cincin, anting serta banyak pula kalung.

Apa yang memperbedakan karya anda dengan desainer di luar negeri?

Gw tetap mencari langkah agar dapat beda supaya punyai keunikan tertentu di pasar. Waktu gw turut lomba di Kanada tahun 2013 serta menang dengan mengenalkan Zamrud Khatulistiwa. Ditambah lagi di Italia banyak juga desainer-desainer produk, hingga untuk membedekannya, gw lebih konsentrasi menonjolkan keunikan Indonesia. Nyatanya benar-benar disukai, dari situlah gw tetap mengusung topik Indonesia, seperti Toraja, Zamrud Khatulistiwa, Garuda serta saat ini sedang menyiapkan Bromo.

Garuda (swa.co.id)

Darimanakah inspirasinya?

Sebab rindu dengan Indonesia, gw seringkali searching obyek wisata yang menarik di Indonesia. Contohnya dengan topik Toraja, gw menonjolkan tanduk-tanduk dari rumah tradisi Toraja, begitupun Garuda yang menonjolkan kuku-kunya. Begitupun Bromo, kebetulan topik yang gw bikin mengenai mountain, hingga gw tertarik Bromo ada larvanya yang warnanya kemerah-merahan serta dekati warna gold. Topik Bromo akan dikeluarkan tahun 2017.

Berapakah harga?

Bergantung dari bentuknya, range-nya seputar 150-300 euro, tetapi yang tingkat pembuatan lebih susah seperti Zamrud Khatulistiwa, nilainya di atas Rp 40 juta.

Bagaimana memasarkannya?

Gw jual melalui web pribadi dan perusahaan tempat gw kerja, ditambah lagi perusahaannya juga punyai web. Ini telah gw kerjakan semenjak meluncurkan Zamrud Khatulistiwa.

Apa telah mempunyai merek tertentu?

Sekarang belum, tetapi brand–nya sesuai dengan merek perusahaan Italia atau Kanada. Tetapi gw punyai kesepakatan dengan mereka, contohnya AMJ by Amelia Rachim. Sebab kerjasamanya dapat per project atau mungkin dengan membayar royalty. Ini yang bertahap, tetapi gw kerja freelance, hingga seringkali bisa proyek dari perusahaan lain.

Ke depan, apa ingin kembali serta meningkatkan usaha ini di Indonesia?

Gagasan real belum, tetapi kemauan ada. Sebab di Eropa mereka lebih menghormati design, berlainan dengan di Indonesia. Mimpi gw ingin punyai cap yang yang mempresentasikan Indonesia serta diketahui luar negeri. Gw ingin mengenalkan citra Indonesia di mata dunia. SWA.CO.ID

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar